Di tengah segala kekurangannya, bapak Djuman Djuhanda yang sehari-harinya adalah tukang penjual ikan keliling ini selalu terlihat bersemangat menjalani hidup. Istrinya Ismi yang sudah dari lahir adalah seorang tuna wisma hanya bisa berada di rumah saja. Namun meskipun cacat, ibu Ismi masih dapat melakukan segala aktifitas rumah tangga.
Bapak Djuman yang saat ini berusia 58 tahun dan ibu Ismi
yang saat ini berusia 55 tahun memiliki 2 orang anak, yaitu Ima dan Ayi. Namun
sekarang ini Ima tidak tinggal lagi bersama bapak Djuman. Dia tinggal bersama
neneknya. Tapi Ayi yang saat ini masih berumur 14 tahun dan masih duduk
dibangku kelas 2 SMP ini masih tinggal bersama bapak Djuman dan sering membantu
ibu Ismi di rumah. Ayi yang sehari-harinya membantu ibu Ismi memasak dan
membantu membereskan rumah..
Rumah mereka hanyalah sebuah gubuk kecil yang hampir
roboh yang terbuat dari kayu yang sudah hampir habis dimakanin rayap yang
berada di daerah Cinagrog, Kabupaten Bandung Barat. Tidak ada televisi, maupun
benda-benda yang lainnya. Hanya ada 2 buah kasur dan tikar yang dibentangkan di
lantai rumah yang masih berlantaikan tanah. Kamar mandinya pun terletak di
luar. Itupun tidak senyaman kamar mandi yang ada di rumah kita. Listrik pun
tidak ada.
Setiap pagi bapak Djuman pergi ke sungai di dekat
rumahnya untuk mencari ikan. Itupun tidak setiap hari dia mendapatkan. Apabila
mendapatkan ikan, ikan-ikan tersebut lalu di jual keliling kampung, ditawarkan
kepada orang-orang dari rumah ke rumah. Terkadang menitipkannya juga di warung.
Selain berjualan ikan, bapak Djuman juga bekerja sebagai
pengupas kulit ubi di salah satu pabrik tepung aci yang terletak tidak jauh
dari rumahnya. Harga 1 karung ubi kupasannya hanya Rp. 2000. Biasanya bapak
Djuman mengupas 2 karung ubi, jadi uang yang didapatkan bapak djuman hanyalah
Rp.4000 saja. Sedangkan dari penjualan ikan biasanya hanya mendapatkan
Rp.10.000.
Dahulunya ibu Ismi juga bekerja di pabrik tersebut
sebagai penggiling dan pemeras ampas ubi. Namun karena sekarang sudah memakai
peralatan yang lebih canggih, jasa ibu Ismi pun sudah tidak perlukan lagi. Jadi
sekarang ibu Ismi hanya diam di rumah saja. Ampas dari ubi yang sudah digiling
setiap harinya dibawa pulang oleh bapak Djuman ke rumahnya untuk dijadikan
makanan bagi ternak bebeknya.
Selain ampas ubi terebut, pak Djuman juga mencari siput
yang ada di sekitar persawahan di sekitar rumahnya. Siput-siput yang dia
dapatkan itu nantinya akan dicampur dengan ampas ubi untuk mekanan
bebek-bebeknya. Dia rela berlumuran lumpur dan basah demi mendapatkan uang
untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Tak kenal kata lelah. Tak pernah
mengeluh. Dan tidak ingin merasa dikasihani oleh orang lain.
Selain mendapatkan uang dari menjual ikan dan bekerja di
pabrik, bapak Djuman terkadang mengandalkan telur bebeknya untuk dijual. Namun
sekarang ini bebek-bebek pak Djuman tidak lagi seaktif dulu mengeluarkan telur.
Hanya sesekali saja. Tidak seperti dulu yang sering bertelur. Sehingga pak
Djuman hanya sesekali saja menjual telur bebeknya tersebut.
Sehari-harinya keluarga pak Djuman hanya makan dengan
seadanya. Apabila tidak mampu membeli beras, mereka hanya makan mie saja.
Itupun harus rela dibagi untuk bertiga. Namun mereka tidak perah mengeluh dan
selalu sabar dalam menjalani hidup. Begitupun dengan ibu Ismi yang cacat. Tidak
pernah mengeluh dan bersedih.
Meskipun ibu Ismi memliki kekurangan, namun
dia setiap hari dengan sangat dapat menemani bapak Djuman, setiap waktu makan
tiba, ibu Ismi selalu menuangkan air minum yang kemudian dierkan kepada bapak
Djuman. Meskipun cacat ibu Ismi berusaha melakukan semuanya sendirian. Dia
tidak ingin merepotkan anak dan suaminya.
Bapak Djuman pun
tidak pernah mempermasalahkan kondisi fisik ibu Ismi. Dia menerima apa adanya.
Dahulunya bapak Djuman hanya bermodalkan uang Rp.25000 untuk melamar ibu Ismi.
Meskipun dia ditertawakan, namun ia tidak merasa malu. Dia tetap nekat untuk
melamar ibu Ismi.
Lain halnya
dengan Ayi, anak pak Djuman, dia sangat ingin sekali dapat melanjutkan sekolah
ke tingkat SMA. Ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Dia sangat ingin
nanti dia bisa menikmati bangku kuliah. Dia ingin menjadi orang yang sukses
agar dapat mengubah nasib dan membahagiakan bapak Djuman dan ibu Ismi.
Posting Komentar